Jumat, 16 Februari 2024

Maunya Perempuan ...

Sebagai perempuan, maunya jadi sosok yang sabar, kuat, pemaaf yang mampu mengobati luka hatinya juga menghapus segala dendam, irihati, dengki, yang kalo marah bisa menahan marah dengan istighfar, tetap menjaga lisan juga perilaku yang baik.

Namun ternyata aku belum sebaik itu, aku belum sesabar dan sekuat itu. Menerima penolakan dan kata yang tidak mengenakan hati pun aku marah dan sedih luar biasa. 

Sesaat aku merasa penerimaanku cukup berlebihan, lebay, sedih yang berlarut dan tak dewasa. Namun aku lupa, ternyata bicara tentang perempuan memang soal rasa bukan soal dewasa. Karena sekuat dan sedewasa apapun perempuan kalau hatinya hancur ia remuk tak berdaya. Namun, ia bisa berkegiatan seperti biasa.

Jumat, 12 Mei 2023

الى اللّٰه

Iman kepada Allah itu, mencakup 3 hal yang disebut 1 nafas atau tidak bisa dipisahkan.  Tidak hanya meyakini keberadaan-Nya sebagai pencipta, sekaligus pengatur alam semesta, melainkan juga sebagai pemegang kedaulatan mutlak. Sebagai hamba sekaligus Khalifah, senantiasa harus mendedikasikan segala sesuatu dengan niat upaya diri dalam pengabdian kepada Allah.

Sabtu, 08 Mei 2021

Jurnal LK2 " Internalisasi Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) Bab 3 dalam Pemberdayaan Sumber Daya Manusia"

 INTERNALISASI NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP) BAB III DALAM PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA


Lusi Widianingsih

HMI Komisariat Tarbiyah IAID Cabang Ciamis

 

Abstract

Man is the most perfect creature created by Allah SWT. as beings, servants, but on the other hand as khlaifah fil ardi who has freedom with its limitations which are then implemented in human social life. Islam considers that the world is a place to plant seeds that will then be harvested in the hereafter. This research method is qualitative research, with data collection techniques resulting from observations and interviews. HMI As a cadre organization has a role and function to participate in the aspect of human resource empowerment. The task of HMI cadres as intermediaries in the differentiation of human resources, should be able to open the possibilities of knowledge of the benefits that can be obtained and believe the value of a work based on goodness and truth. The task of the HMI cadres turned out to be more effective in participating in helping the empowerment of human resources. So that each individual is able to take advantage of independence or maximize their right to choose what he wants, which is in accordance with conscience.  

Kata Kunci : Sumber Daya Manusia, HMI, Kader HMI, NDP Bab III, Mission HMI


A. Pendahuluan

Manusia merupakan mahluk paling sempurna yang diciptakan Allah SWT. Kesempurnaan manusia dapat dilihat dari bagaimana Allah memberikan anugerah khusus yang sama sekali tidak diberikan kepada mahluk lainnya yaitu anugerah potensi akal dan hati. Dilihat dari anugerah khusus yang diberikan, maka manusia dapat dikatakan sebagai mahluk unik yang berjalan dimuka bumi dengan karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan mahluk lain. Diantara semua mahluk yang ada, hanya manusia yang mampu secara sadar melakukan usaha untuk mengubah dirinya. Manusia mampu meninggikan derajatnya baik dengan harta, ilmu maupun kedudukan sehingga mendapatkan perubahan dalam gerak yang positif, begitu pula manusia mampu menjerumuskan dirinya pada titik kehinaan dengan berbagai cara yang beragam, Bagian gerak perubahan sadar pada diri manusia  merupakan wujud dari aspek posibilitasnya, artinya manusia memiliki banyak peluang dan potensi untuk berubah sesuai dengan kecenderungannya. 

Dalam hal lainnya, Allah secara khusus memuji manusia dengan berbagai keunggulan yang dimilikinya, seperti tercipta dalam bentuk yang terbaik (QS. At-Tin : 5) dan mahluk yang paling mulia diantara mahluk lainnya (QS Al-Isra :70). Namun disisi lain Allah menggambarkan manusia sebagai mahluk yang hina dan bodoh dengan beberapa gambarannya seperti mahluk yang banyak membantah (QS Alkahfi :54) ingkar terhadap nikmat (QS Ibrahim : 34) dan lainnya. status mulia dan hinanya seorang manusia bergantung dari bagaimana ia mendayagunakan dua anugerah potensi untuk kebaikan hidupnya. 

Manusia diistilahkan dalam Al-Quran dengan kata basyar yang disebut 27 kali dalam Al-Quran memberikan referent pada manusia sebagai mahluk biologis. Perbuatan manusia yang dirujuk dengan istilah ini adalah makan, minum, bergerak dll. Pada eksistensi ini seluruh manusia bertemu dalam kesamaan yang sempurna (Hadi, 2017 :17).

 Istilah kedua yaitu kata insan yang disebut 65 kali dalam Al-Quran, dan istilah ini digunakan dalam kitab suci dalam tiga konteks. Pertama, insan dihubungkan dengan keistimewaannya sebagai khalifah pemikul amanah. Kedua, insan dihubungkan dengan predisposisi negatif dalam dirinya. Ketiga, insan dihubungkan dengan proses penciptaan manusia. Kecuali kategori ketiga, semua konteks insan merujuk pada sifat-sifat psikologis dan spirirual-intelektual (Tarigan, 2007:69). 

Pada kategori pertama, keistimewaan manusia sebagai wujud yang berbeda dari mahluk hewani. Menurut Al-Quran, insan adalah mahluk yang diberi ilmu dan diajarkan bahasa konseptual. Menunjuk pada kemampuan manusia untuk mengembangkan ilmu dengan daya nalarnya, dengan menalar perbuatannya sendiri, proses pencernaan makanan dan proses penciptaannya. Dengan mempergunakan istilah insan, Al-Quran menjelaskan manusia adalah mahluk yang mengemban amanah. Menurut Fazlur Rahman, amanah itu adalah menemukan hukum alam, menguasainya atau dalam istilah Al-Quran mengetahui nama-nama semuanya, kemudian menggunakannya dengan inisiatif moral insani untuk menciptakan tatanan dunia yang baik. Berkaitan dengan amanah yang dipikul manusia, insan juga dihubungkan dengan konsep tanggung jawab. 

Pada kategori kedua, kata insan dihubungkan dengan predisposisi negatif. Menurut Al-Quran manusia itu cenderung zalim dan kafir, tergesa-gesa, bakhil, bodoh, suka membantah, berdebat, resah, gelisah, susah dan menderita, tidak berterima kasih dan suka berbuat dosa serta meragukan hari kiamat. Bila dihubungkan dengan sifat-sifat manusia pada kategori pertama, insan menjadi mahluk paradoksal yang berjuang mengatasi konflik antara dua kekuatan yang saling bertentangan yaitu kekuatan untuk mengikuti fitrah (memikul amanah Allah) dan kekuatan untuk mengikuti pwredisposisi negatif. 

Term kunci yang paling banyak dipakai Al-Quran adalah al-nas yang disebut sebanyak 240 kali dalam berbagai surah. Penyebutan al-nas tampaknya mengacu pada manusia sebagai mahluk sosial. Jika al-insan digunakan untuk menyebut manusia secara tunggal , maka al-nas digunakan untuk menyebut manusia secara keseluruhan (Hadi, 2017:29). Indikasi manusia sebagai mahluk sosial dapat dilihat dari frasa yang digunakan Al-Quran seperti ungkapan wa min al-nas (diantara manusia), Al-Quran memperkenalkan tipologi kelompok. 

Dengan demikian Al-Quran menggambarkan manusia sebagai mahluk biologis, psikologis (intelektual, spiritual) dan sosial.  Manusia sebagai basyar berkaitan dengan unsur fisik-material, hingga apada keadaan ini, manusia secara alami tunduk (muyassar) pada takdir Allah sama seperti tunduknya matahari, hewan dan tumbuhan. Namun manusia, meskipun dalam cakupan takdir ilahi, insan dan al-nas diberi kekuatan untuk memilih (ikhtiyar), sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang dianugerahkan Allah kepadanya.. Manusia sebagai mahluk, disisi lain Allah menjadikan nya sebagai hamba namun disisi lain sebagai khlaifah fil ardi yang memiliki kebebasan dengan batasannya yang kemudian di implementasikan dalam kehidupan sosial manusia. Yang menjadikan manusia itu menjadi manusia tidaklah hanya sifat-sifat atau kegiatan-kegiatan yang ada padanya, melainkan keseluruhan susunan sifat dan kegiatan dengan seluruh kemampuannya dalam mengelola alam untuk kemaslahatan dengan selalu mengharap Ridla Allah SWT

Sebagai mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, manusia memiliki peran dan fungsi dalam kehidupan bermasyarakat seperti ikut membangun peradaban di desa, melestarikan budaya lokal, dan ikut membantu mewujudkan masyarakat yang adil makmur. Namun, kesadaran akan peran dan fungsi ini dapat terhambat berbagai faktor yang salahsatunya latarbelakang dan pemikiran yang berbeda dari setiap individu. Karena itu, kesadaran dari setiap individu untuk lebih mengenal hakikat dan peran dirinya sebagai manusia sangatlah penting, agar potensi akal dan hati yang Allah berikan sebagai anugerah mampu manusia dayagunakan dengan sebaik mungkin. 

Kaitannya manusia sebagai mahluk sosial, Murthada Muttahari menyatakan bahwa “Allah telah menciptakan manusia dengan berbagai ragam jiwa, fisik, intelektual, dan kecenderungan. Dia telah menganugerahkan sebagian orang kemampuan-kemampuan khas, dan telah menganugerahi sebagian mereka keunggulan dan kemampuan tertentu atas sebagian yang lain. Dengan jalan ini Allah SWT telah membuat manusia secara hakiki saling memerlukan dan cenderung berhubungan dengan sesamanya. Dapatlah ini dikatakan yang menjadi dasar bagi manusia untuk dapat hidup bermasyarakat yang bukan didasarkan atas keterpaksaan melainkan sesuatu yang alami”.

Masyarakat adalah bentuk realisasi dari dimensi sosial manusia (al-nas) yang menghendaki adanya suatu komunitas atau kelompok demi memenuhi segala tuntutan kehidupannya (Hadi, 2017:124). Omar Muhammad a-Toumy al-Syaibani sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata bahwa masyarakat adalah tempat dimana individu dan kelompok saling berinteraksi, menjalin hubungan sesamanya, saling memahami, saling menyatakan rasa, dan saling memberikan timbal balik berupa motivasi dan kebutuhan. Dalam pengertian ini masyarakat diandaikan sebagai sebuah wadah dan bentuk fasilitas dalam merealisasikan eksistensi sosial manusia melalui beragam caranya. Kemudian al-Syaibani memberikan suatu karakteristik model masyarakat yang didasarkan pada spiritualitas islam yaitu berupa ikatan akidah, prinsip kemaslahatan umum, serta keseimbangan antara dunia dan akhirat. Ikatan akidah didasarkan pada keyakinan yang sama terutama yang terkait langsung dalam memandang islam beserta realisasinya dalam bentuk aktivitas ibadah. Ikatan akidah biasanya memiliki kekuatan mengikat yang sangat kuat karena berpijak pada hal yang sangat fundamental yaitu berupa ideologi dalam mengekspresikan bagaimana islam menurut keyakinannya. 

Sedang prinsip kemaslahatan umum dimaksudkan agar jalannya suatu masyarakat mengutamakan kebermanfaatan bersama untuk semua individu yang terlibat didalamnya dengan tidak memberikan ruang diskriminatif terhadap siapapun. Prinsip kemaslahatan umum berpijak pada pandangan bahwa setiap individu dipersatukan dalam satu keturunan yang sama, dalam suatu organisasi kehidupan yang sama, dan dalam satu jenis keluarga yang bernama manusia. Dengan adanya pandangan dasar ini maka menjadi suatu keniscayaan ketika selanjutnya manusia diposisikan dan diperlakukan dengan sama tanpa sesuai dengan proporsi hak dan tanggungjawabnya. Sementara prinsip keseimbangan antara dunia dan akhirat dimaksudkan untuk memberikan bentuk ideal dari tujuan masyarakat itu dibentuk. Sebagaimana telah disinggung bahwa masyarakat diadakan salahsatu tinjauannya adalah pemenuhan kebutuhan dan eksistensi manusia, maka dalam hal ini masyarakat model islam mengharuskan adanya suatu kondisi yang seimbang antara pemenuhan kebutuhan dunia dan akhirat. 

Islam memandang bahwa dunia adalah tempat menanam benih yang kemudian hasil panennya akan dipetik di akhirat kelak dan dunia juga merupakan kendaraan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal. Maka setiap apa yang terealisasi oleh adanya masyarakat kemudian itu diarahkan pada terciptanya keseimbangan tersebut. Masyarakat sebagai wadah interaksi harus bisa berperan sebagai control untuk dapat menjaga setiap anggotanya agar dapat menjalankan suatu kehidupan akhirat yang stabil, artinya tidak terjadi kesenjangan diantara salahsatunya. 

Mahasiswa sebagai bagian kaum muda dalam tataan masyarakat tentu memiliki peran dan fungsi dalam ikut serta mewujudkan masyarakat sejahtera. Kendati, bahwa Mahasiswa memberikan sumbangsih berupa pemikiran bahkan ikut bergabung dalam organisasi kepemudaan di desa. Salahsatu komponen penting pada era ini yaitu adanya organisasi yang membantu para pemuda untuk mengembangkan, mengimplementasikan kedewasaan berfikir dan bertindak sesuai peran dan fungsinya., termasuk salahsatunya organisasi HMI.  

HMI merupakan organisasi mahasiswa islam tertua dan tersebar luas di Indonesia. HMI diresmikan menjadi organisasi mahasiswa Indonesia dua tahun setelah kemerdekaan. Tepatnya pada tanggal 5 Februari 1947 M/14 Rabiul awal 1366 H. atas prakarsa lafran Pane bersama 14 mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia). Historis perjalanan berdirinya HMI tidak terlepas dari berbagai persoalan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan. Namun tidak hanya itu, HMI juga berdiri di atas visi ke-islaman.  dimana masyarakat Indonesia yang merupakan mayoritas penduduknya pemeluk agama islam ada dalam kondisi kejumudan akan pengetahuan, pemahaman, penghayatan serta pengamalan ajaran islam. Sebagai organisasi mahasiswa islam yang bersifat independen serta sebagai organisasi perjuangan diharapkan mampu memberikan sumbangsih nyata didalam kehidupan bermasyarakat. Memperjuangkan hak serta memberikan gagasan guna mempersenjatai basis landasan yang kuat kepada masyarakat sehingga mampu menciptakan sekaligus menjaga dan merawat generasi muda bangsa. Kemudian visi ke-Indonesiaan dan ke-islaman ini menjadi ruh semangat HMI dalam meninggikan derajat umat islam Indonesia dan menjaga bangsa Indonesia dari agresi militer Belanda. 

Tujuan organisasi HMI adalah “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridlai Allah SWT”. Maka mahasiswa yang menjadi basis daripada organisasi HMI harus mampu memaksimalisasi nilai-nilai ‘akademis’ dalam berbagai karya cipta. Tidak hanya cukup berpengetahuan tinggi namun harus bisa mentransformasikan kedalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga, tiga dasar karakter yang menjadi tujuan HMI yaitu ‘insan akadmis’, ‘pencipta’, ‘pengabdi’menjadi fondasi dasar gerakan HMI. Ketiga karakter dasar ini harus terbingkai dalam nilai-nilai keislaman yang sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah yang menjadi sumber tata perilaku dalam kehidupan.  Dalam lingkup HMI, ketiga karakter dasar ini dibingkai dengan “Nilai-nilai Dasar Perjuangan” (NDP) yang dirintis oleh salahsatu aktivis keilmuan HMI yaitu Nur Kholis Majid atau Cak Nur pada tahun 1969. Hal ini dimaksudkan agar ketiga karakter dasar kader HMI berlandaskan nilai-nilai spiritual ke-islaman. Sehingga pada tahap ini, lahir manusia cerdas, penuh kreativitas dan berdedikasi pada pengabdian serta hanief atau cenderung pada kebenaran.

Singkat narasi dalam sejarah perjalanan HMI, Cak Nur menggagas Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) hasil karya pengalaman dari perjalanan di Timur Tengah selama tiga bulan lebih dan menjalankan study analitik ke Barat, tentu ini sebagai perbandingan dan pegangan bagi kader HMI yang akhirnya memperkuat dan menambah keyakinan atas nilai-nilai ajaran Islam yang universal. Kemudian disahkan pada kongres ke X di Palembang tahun 1971. NDP dibuat semata-mata untuk menjadi pegangan “Normatif” yang diharapkan setiap individu kader HMI  mampu mengaplikasikan keilmuan dan keterampilannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai khalifah fil ardli sesuai dengan Nilai-nilai Dasar Perjuangan. 

Dewasa ini, seringkali penulis dijumpai berbagai persoalan mahasiswa atau bahkan diluar mahasiswa yang persoalannya yaitu sulitnya mengembangkan apa yang menjadi potensi dirinya dan kurangnya kesadaran atas apa yang mereka kehendaki dengan berbagai macam latar belakang juga alasan yang secara umum penulis menggaris bawahi alasan itu adalah sama, yakni kurangnya kesadaran akan kemerdekaan dari setiap individu. Maka dengan demikian, penulis membuat jurnal terkait kemerdekaan manusia (Ikhttiar) dan keharusan universal (Takdir) dengan judul “Internalisasi NDP Bab 3 dalam Pemberdayaan Sumber daya Manusia” dengan harapan agar pembaca ataupun mahasiswa secara khususnya mampu terbantu dalam mengembangkan potensi dan membuka kesadaran akan apa yang dikehendaki nya. 

B. Metode Penelitian

Dalam memperoleh data yang dibutuhkan mengenai internalisasi NDP Bab III dalam pemberdayaan sumber daya manusia, penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif, sehingga penelitian ini tergolong jenis penelitian analisis deskriptif.  Adapun pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan berbagai macam materi yang terdapat dalam kepustakaan dan berupa hasil pengamatan. 

C. Pembahasan

HMI sebagai organisasi kader juga memiliki peran dan fungsi dalam aspek sumber daya manusia yaitu membantu mengembangkan potensi real para kader sehingga mampu mempergunakan potensi tersebut dalam suatu acara perjuangan atau dalam kehidupan bersosial. Dimana arah gerak langkah kader HMI dalam usahanya mempelopori  pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masa depan umat manusia harus berdasarkan nilai-nilai dasar perjuangan. Dalam NDP Bab III tentang kemerdekaan manusia (ikhtiar) dan keharusan universal (takdir) dikatakan ‘manusia hidup ditengah alam sebagai mahluk sosial hidup ditengah sesama’(Sitompul, 2016:125).  Artinya manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan satu kesatuan. Tidaklah dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan. Termasuk dalam pemberdayaan sumber daya manusia.

Tugas dari kader HMI sebagai perantara dalam pemberdayaan sumber daya manusia, yang sesuai dengan nilai-nilai dasar perjuangan dan tafsir tujuan daripada HMI itu sendiri, minimalnya ia mampu membuka kemungkinan-kemungkinan pengetahahuan atau pernyataan kreatif terhadap kemerdekaan dirinya dan orang lain disekitarnya, sehingga ada pada tahap kesadaran akan kemerdekaan yang dipilihnya. Adapun tahap selanjutnya, tergantung bagaimana individu itu memilih, katakanlah misal pilihan antara ‘iya atau tidak’ itu menjadi suatu keniscayaan. 

Kemerdekaan itu akan tercapai jika manusia mencapai level tertinggi kemanusiaannya dengan persepsi dan pengetahuan yang matang sehingga jelas yang dilakukannya dan yang menjadi pilihan benar-benar sesuatu yang berpijak pada kebenaran. Dari sini, pengajaran atau pencapaian ilmu pengetahuan sangat penting, untuk menopang sisi kemanusiaan itu sendiri. Pengetahuan sebagai kacamata pembeda yang benar dan yang salah, karena untuk berjalan di atas kebenaran, kita mesti mampu melihat kebenaran (jalan) terlebih dahulu agar tidak terperosok dan terpeleset ke jurang kesalahan. 

Tindakan manusia didasari oleh Pandangan Dunia yang menjadi dasar bagi terbentuknya ideologi seseorang dan akhirnya berbuah menjadi suatu tindakan. Pandangan Dunia ini dihasilkan oleh cara pandang, cara pandang yang keliaru terkait suatu hal tentunya mengakibatkan kekeliruan penafsiran sehingga berbuah pda tindakan yang keliru. 

Jika kita bertanya kepada seseorang "mengapa harus berbuat demikian? "maka dia akan menjawab " karena demikian", dan alasan dari keyakinan berbuat itu adalah yang cara pandangnya atau penafsirannya terkait suatu hal. Bisa saja, orang tidak mencoba menyelesaikan permasalahn lingkungannya dikarenakan cara pandangnya terkait permasalahn lingkungannya yang keliru. Maka dari itu, perlu kiranya merekonstruksi pemahaman untuk mencapai Terwujudunya Masyarakat Adil Makmur yang diridhoi Allah. Dimulai dari dasar-dasar bepikir yang benar, pengetahuan filosofis yang mendasari keyakinan dan sampai kepada pengetahuan-pengetahuan praktis mesti diajarkan dengan benar. 

Tentunya, dalam menciptakan agen-agen masyarakat adil dimulai dari lahan basah pendidikan terlebih dahulu yakni Mahasiswa. Mahasiswa yang digadang-gadang sebagai agen perubahan sudah semestinya memiliki pemikiran luas, mendalam dan terbuka. Dengan berbagai hal yand dipelajarinya di kampus seharusnya hal itu menjadi modal utama terbentuknya agen yang berkualitas insani, sayangnya hal tersebut tidak terjadi, hal itu dapat dilihat dari budaya mahasiswa yang cenderung menjauhi tradisi-tradisi intelektual, dan cenderung kepada prilaku hedonis. Perlu kiranya perubahan pada kultur mahasiswa sendiri, sehingga dapat menaikan kualitas dari para agen perubahan. 

Jika permasalahan di tubuh mahasiswanya telah selesai, tentunya ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan sumber daya manusia dapat dilakukan. Seperti halnya mengadakan kegiatan amal berupa program pembelajaran untuk anak jalanan usia SD/MI di Bulan Ramadlan. Tujuannya, selain daripada mengisi waktu dengan kegiatan juga menemani keseharian mereka serta sedikitnya ikut membekali mereka agar mampu menjalani kehidupan dengan baik dan menjadi pribadi yang merdeka sesuai dengan fitrahnya. Yaitu fitrahnya sebagai anak dari orangtuanya, sebagai warga dilingkungannya dan sebagai mahluk dari sang penciptanya. Bentuk kegiatan amalnya yaitu berupa kegiatan belajar mengaji, sholat dan belajar mata pelajaran usia SD/MI. 

 Dalam pelaksanaannya, kader HMI mengumpulkan beberapa mahasiswa yang dapat membantu agar program ini bisa terlaksana, baik itu sebagai fasilitator maupun informan. Hal ini tidaklah mudah, apalagi kegiatan amal seperti ini dapat dikatakan cukup menguras tenaga dan fikiran. Namun sudah menjadi tugas daripada kader HMI untuk mengaktualisasikan keilmuannya agar mampu meyakinkan dirinya dan orang lain yang dilibatkan sehingga bisa bekerja sesuai kehendak yang didorong oleh kemauan murni, bukan atas dasar paksaan tetapi atas kesadaran akan apa manfaat yang diperoleh yaitu berupa kebermanfaatan dirinya atas lingkungannya. 

Kesadaran itu akan terlahir apabila setiap individu sadar akan  dorongan fitrahnya, yaitu kecenderungan manusia terhadap kebenaran dan selalu menginginkan kebaikan. Bahkan, seorang manusia dikatakan manusia sejati apabila sifat-sifat atau kegiatan-kegiatannya merupakan suatu keseluruhan yang tunggal pancaran niatnya adalah mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran. Manusia atas dan melalui perbuatannya yang fitrah (sesuai hati nurani) akan memperoleh kebahagiaan. Bekerja secara ikhlas, tidak berharap memperoleh balasan dari orang lain, dan bekerja karena keyakinan dirinya akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi kebaikan dan kebenaran. Namun, keikhlasan yang hakiki tidak mungkin muncul tanpa adanya kemerdekaan. Dalam artian manusia berhak memilih apa yang menjadi keputusannya sehingga apa yang dikerjakan benar-benar sesuai dengan kemauan murni atau hati nurani, yang pada akhirnya manusia mampu mengecap kebahagiaan. Namun tidak serta merta manusia merdeka selalu dan dimana saja, ada batasan-batasan berupa suatu kenyataan yang mengharuskan manusia sadar dan mengakui bahwa dirinya merdeka dengan batasannya. oleh karena itu, manusia diberikan prasayarat yang positif daripada kemerdekaan berupa pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kreatif manusia, yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas yang kemudian dinamakan ‘ikhtiar’. Ikhtiar adalah usaha yang ditentukan sendiri dimana seseorang berbuat sesuai dengan keinginannya sendiri dan atas dasar kecintaannya terhadap kebaikan bukan atas dasar paksaan atau diperbudak oleh sesuatu yang lain. 

HMI sebagai organisasi pengkaderan berfungsi sebagai sarana berproses kader dalam mengaktualisasikan potensi dirinya agar mampu menjadikan dirinya sebagai seseorang yang berkualitas, dan mampu memunculkan individu-individu lain yang berkualitas. begitupun kader HMI sebagai perantara dalam mewujudkannya, memiliki kebebasan yang terbatas akan kebebasan yang lain. Seperti halnya contoh diatas, ketika kader HMI dalam kegiatan amal membutuhkan bantuan dari beberapa mahasiswa sebagai fasilitator dan informan, kemudian beberapa mahasiswa dari organisasi HMI maupun non HMI menyatakan dirinya akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan amal atas kesadarannya akan nilai yang dikerjakan bagi kebaikan dan kebenaran, hal ini menjadi bentuk ikhtiar antara kader dan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan amal. Selanjutnya, kader HMI dan mahasiswa yang dapat ikut berpartisipasi melaksanakan kegiatan amal bersama-sama menjadi suatu bentuk pengakuan akan kepastian umum atau yang disebut dengan takdir. Jadi takdir itu bukan semata-mata ketetapan Tuhan mutlak yang tidak bisa diubah, melainkan kemerdekaan yang terbatas oleh kemerdekaannya orang lain. 

D. Kesimpulan

HMI sebagai organisasi perjuangan memiliki tujuan yaitu “terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridlai Allah SWT”. sebagai organisasi mahasiswa islam, tentu HMI memiliki peran untuk membina setiap kadernya agar mampu mengaktualisasikan keilmuannya kedalam kehidupan bermasyarakat (sosial) yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual keislaman yang dalam lingkup HMI, karakteristik kader HMI yaitu ‘insan akademis, pencipta, pengabdi’ terbingkai dalam Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP). 

Internalisasi NDP Bab III tentang kemerdekaan manusia (ikhtiar) dan keharusan universal (takdir) dalam pemberdayaan sumber daya manusia, sebagai kader HMI sudah seharusnya memiliki kesadaran bahwa dirinya memiliki kemerdekaan dan fitrah kemanusiaan yang cenderung kepada kebenaran dan mencintai perbuatan baik. Maka hal itu berlaku pula bagi orang lain sehingga dia memiliki kesadaran untuk mengungkapkan kebenaran tersebut bagi masyarakat luas. 


DAFTAR PUSTAKA



Muthahhari, Murtadha. 2010. Pengantar Epistemologi. Jakarta Shadra Press

Majid, Nurkholis. 2012. Ensiklopedia jilid 2. Jakarta. Democracy Project

Tarigan, Azhari Akmal. 2007. Islam mazhab HMI. Ciputat. Kultura (GP Press group)

Ripki Hadi, Ceceng Andri. 2017. Inspirasi Al-Quran untuk Pendidikan. Cv Budi Utama

Yusuf, Daniel Iskandar. 2011. Kompilasi NDP. Bogor. HMI Cab. Kota Bogor 


Sabtu, 02 Mei 2020

Perempuan 1


Allah SWT menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Keberpasangan mengandung persamaan sekaligus perbedaan. Persamaan dan perbedaan itu harus diketahui agar manusia dapat bekerja sama menuju cita-cita kemanusiaan.
Sebelumnya, sering kali dilontarkan berupa pernyataan “Jangan suka berfikir wahh enak ya jadi presiden banyak duit, hidupnya enak, kemana-mana dijaga. Wahhh enak ya jadi artis, dikenal banyak orang karena kepopulerannya, kemewahannya, banyak duitlah ya istilahnya”. Alih-alih menjawab, tidak sedikit pula yang berkata ; perbanyaklah bersyukur. Istilah sunda na “Ulah sok tanggah, nempo batur”,jangan suka mengeluh dan niatkan apa yang kau lakukan hari ini dalam rangka mengabdi kepada Allah, agar apa yang kau kerjakan menjadi amal kebaikan.
Orang yang miskin bukan berarti tidak dilimpahkan rezekinya, begitu pula dengan yang kaya bukan berarti deras mengalir rezekinya. Tidak ada yang lebih kaya tidak pula ada yang lebih miskin, Karena disanalah Allah menguji dan memperlihatkan kemampuan hambanya bahwa hambanya mampu, hambanya kuat dengan jalan ini.  Pendapatan berbanding lurus dengan pengeluaran. Presiden pendapatannya banyak ? ya, karena pengeluarannya juga banyak.
Sebagaimana Firman Allah Q.S Al-Baqarah : 286
“Tidaklah Allah menguji hambanya diluar kemampuannya”.
Kembali ke awal terkait ciptaan Allah yang berpasang-pasangan. Dewasa ini sering kali perempuan menjadi bahan kajian orang banyak dalam suatu komunitas atau organisasi. Banyak orang yang bilang pembicaraan tentang perempuan selalu menarik, baik itu antar perempuan, lebih-lebih antar lelaki tua  atau muda. Dan tidak sedikit orang yang memperdebat dan mempertanyakan mana yang lebih kuat  dan siapa yang derajatnya lebih tinggi antara lelaki dan perempuan. Dalam buku Perempuan karangan M.Quraish shihab,  bab pertama yang berjudul laki-laki dan perempuan, saya mencoba menyimpulkan bahwa lelaki dan perempuan memiliki perbedaan, perbedaan yang sungguh sempurna. Namun dari perbedaan itulah seorang hamba dapat menemukan kesempurnaan yang akan diraih oleh manusia itu sendiri. Lelaki dengan kelebihan dan kekurangannya begitupun dengan perempuan agar tercipta kesempurnaan kedua belah pihak karena masing-masing tidak dapat berdiri sendiri dalam mencapai kesempurnaan tanpa keterlibatan yang lain.
Margaret Seed pakar dari Amerika menyatakan, "Dunia akan lebih baik kalau kedua jenis manusia-lelaki dan perempuan-mengakui bahwa masing-masing memiliki kemampuan yang berlebih dibandingkan dengan yang lain dibidang yang berbeda-beda".
Dari kedua pembahasan ini, saya mencoba menyimpulkan bahwa sebagai ciptaan Allah, tidaklah harus dibanding-bandingkan, tidak ada yang harus lebih diunggulkan, semuanya sama semuanya sempurna sesuai dengan kodrat yang Allah tentukan. Tinggal bagaimana kita menerima, menjalani dan mensyukurinya.
"Kebahagiaanmu berbanding lurus dengan rasa syukurmu". ~Mbah Nun.


Rumahku, 2 Mei 2020

Sabtu, 11 April 2020

Yudistira

Sama kan dengan kata menempuh hidup baru hahhha "Karena terkadang lambung tak sama seleranya".
Kita di beri kenikmatan rasa lapar kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan ragawi atau ilmu untuk ideologi dan rohani. Semua di atur secara porsinya tersendiri sesuai lajunya usia. kecerdasan berfikir kondisi ruang dan waktu kedewasaan menjadi penentu sikap dan langkah mana yang harus di ambil mana yang lebih di butuhkan dan bagaimana menyikapi sebuah kebaikan maupun keburukan. 
Hari ini kau menua, semoga tetap dalam pelukan Rahmat dan cinta Nya.

Itu ucapan.. do'a mah milik personal antara hamba dan Tuhannya..

Senin, 30 Maret 2020

Jagad Diri 2


Dan mugkin yang terakhir.
Setelah persiapan sebagaimana sebelumnya untuk maleman sabtu, akhirnya jagad diri pertemuan kedua terlaksana. Dan Alhamdulillah dilingkaran kali ini, lebih banyak lagi orang yang datang apalagi yang tak diundang. Awalnya, kami niatkan untuk lingkaran kedua akan mengkaji kelanjutan dari Jagad diri 1, yaitu setelah membahas sekilas hak guna dan hak milik akan dilanjut Mengapa Tuhan Menciptakan kita ? namun, dikarenakan ada factor lain yang memang sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging, akhirnya pemantik mengawali dengan bagaimana cara kita berpikir dan melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang sambil menunggu yang lain datang. Ke begini missal
Jagung. Jagung itu bisa dijadikan sebagai bahan pangan pokok pengganti nasi, kata salahsatu temen yang ada dilingkaran. Ada juga yang berpendapat, bungkus jagung atau bajunya bisa dijadikan sebagai bungkus makanan tradisional, kaya wajit dan lain-lain. Ada lagi rambutnya bisa dimanfaatkan alat mainan buat anak-anak, yang lainnya jagung bisa diolah menjadi makanan kekinian seperti jamasuke (Jagung Makaroni Susu Keju Mozarela), dan masih banyak yang lainnya. Dari satu objek yang bernama jagung, kita dapat memperluas pembahasan dari mulai biologi, geografi, tataboga sampai wirausaha. Dari sini aku menyadari, betapa banyak hal-hal yang tidak kita ketahui, dan kebanyakan kita acuh tanpa ingin memikirkan satu objek dari berbagai sudut pandang. hal semacam ini terjadi sudah lama disekeliling kita, namun baru terpikirkan ketika kita bersilaturahmi. Artinya, begitu kurang efektif pemikiran kita selama ini, kurang terasahnya akal atau alat untuk berfikir terlalu kaku, sehingga ke kreatifan untuk memulai hal-hal yang baru sangatlah minim. Dan saat itupun aku menyadari, betapa senangnya ada kegiatan seperti ini. Asli senang. Dari awal aku meyakini, dengan memberanikan diri untuk Bersilaturahmi, pasti akan ada saja bahan pembicaraan walau apapun itu.
Namun, Allah berkehendak lain, dipertemuan jagad diri 2, selain aku menemukan kesenangan yang lebih dari pertemuan sebelumnya, ternyata hal ini juga merupakan kesedihan yang Allah pertemukan. Pertemuan yang mengesankan sebutku.
Ingat oleh-oleh dari Motekar buat kita,  nyanyi bareng dipertemuan sebelum ada jagad diri.
Belajar sama-sama
Bertanya sama-sama
Kerja sama-sama
Semua orang itu guru
Alam raya sekolahku
Sejahteralah bangsaku
Dan Shalawat bareng sesudah jagad diri.
Hasbunallah, wanikmal wakil
Nikmal maula, Wanikman nasir

Okey, satu lagi. Jangan lupa Bersyukur.
Thanks Ya Allah ❤, Thanks buat semuanya, untuk Jagad Diri, pemantik, juga temen-temen yang berjuang untuk ini. Banyak sekali ilmu dan pengalaman dari temen-temen. Sehat-sehat semua, Semoga Allah meridhai. Aamiin.

                            Pangandaran, 30 Maret 2020

Sabtu, 14 Maret 2020

Awalan Jagad Diri 1.

Jadilah manusia yang memanusiakan manusia, adalah caption dari salahsatu teman dilingkaran maleman sabtu.
Singkat cerita, Alhamdulillah pas waktu memantapkan niat, dalam sehari aku mendapati berbagai jalan yang seolah ruang dan waktu ikut membantu dalam mempertemukan aku dengan orang-orang, yang menurutku juga sama-sama membutuhkan kemantapan dalam hati untuk memulai. karena secara pribadi, aku yang berangkat dari ketidaktahuan juga volume malas yang cukup tinggi, dalam memulai aku tidak ingin sendirian, aku ingin mengajak oranglain, dan aku butuh oranglain untuk memulai,  “Memulai apa si ?” hahaha, ya memulai apa saja, yang penting dalam upaya memperbaiki kualitas diri tentunya. Darisana, aku memberanikan diri untuk mengajak teman-teman melingkar ditempat yang tidak jauh dari asrama,. Kami saling kenalan, bercengkrama dan juga saling save nomor whatssap. Tepatnya ada 7 orang, 5 orang perempuan termasuk aku dan 2 orang laki-laki. Disisi lain silaturahmi dan menambah saudara, dari lingkaran ini aku mendapati bahwa dengan silaturahmi, aku belajar untuk lebih bisa beradaptasi dengan karakter orang yang memang sangat beragam. Dan aku juga meyakini (bisa dikatakan penguatan :) ), ketika sudah melingkar atau silaturahmi pasti akan ada saja bahan bicara dan tidak akan saling diam walau nyatanya sedikit malu-malu. Sesudahnya berbagi cerita masing-masing, kami berniat untuk mengadakan kegiatan yang sekiranya dapat mengisi waktu luang juga mempererat persaudaraan. Dan Alhamdulillah setelah ngobrol-ngobrol, kami mengagendakan pertemuan pertama akan dilaksanakan jumat depan, tepatnya pada tanggal 06 maret 2020. Bukan kegiatan formal, bisa dikatakan semacam kegiatan literasi. Dan karena ini merupakan awal pertemuan yang sangat canggung khususnya bagiku yang mengajak, akhirnya kuputuskan untuk tema lingkaran tanggal 06 mereka yang menentukan. Tak lama muncullah ide salahsatu dari mereka, dan mereka juga menyepakati usulan ini, akhirnya tema untuk lingkaran pertama adalah ngaji diri. Atau biasa kami sebut dengan istilah Jagad Diri. Bereslah masalah dalam hal teman dan kegiatan, muncul lagi masalah lain, yaitu pemantik.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya kami putuskan untuk lingkaran ini kami sebut dengan nama Maleman Sabtu, karena kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat pukul 18.40. Dan untuk tema Jagad Diri, Alhamdulillah ada pemantik yang luar biasa,  siap menemani dan berbagi ilmu juga pengalamannya dilingkaran pertama kami, pemantik juga sekaligus pemateri, namanya Kang Deri Ridwan Maosul. Mahasiswa S2 IAI Darussalam Ciamis. Alhamdulillah beres nih hal pemantik. Dan ternyata adalagi masalah lain, tempat kajiannya dimana nih yang cocok? Haduhhhh hahaha memang ya, hidup itu tak akan lepas dari yang namanya masalah. Alhamdulillah ya Rabb.
Akhirnya kami nyari tempat, tanya sana sini, dan Alhamdulillah ada tempat yang menurut kami cocok, yaitu diperpustakaan MTs HB, Cijantung Ciamis.
Tiba waktunya Tanggal 06 Maret, pagi-pagi sebelum melakukan aktivitas masing-masing, kami membagi tugas, ada yang buat Famplet, yang posting medsos dan kesiapan lainnya. Ko dibagi-bagi? Iya dong, lingkaran ini milik bersama, bukan perorangan. Dan tentunya semua harus terlibat dalam menjaga lingkaran ini agar bisa istiqamah.
Pukul 19.40 pemantik tiba ditempat, dan kami memulai kegiatan dengan bacaan Basmallah bersama dan dilanjut dengan perkenalan. Alhamdulillah dikegiatan pertama kami, ada 8 orang yang ikut melingkar.
Langsung ke inti, “Jagad Diri = Mikrokosmos, singkatnya, seringkali kita memiliki pemikiran, bahwa tubuh yang disebut aku ini adalah milik kita. Namun pada hakikatnya, Kita hanya memiliki hak guna untuk memakai tubuh ini dengan semestinya (Sesungguhnya kami itu milik Allah, dan Sesungguhnya kepada-Nya lah kami kembali). So, mulai sekarang jangan salah mengartikan antara hak milik dan hak guna yah hahha.  Manusia hidup dengan memiliki tujuan, dan dalam prosesnya, manusia memiliki stempel atau atribut yang bisa mengantarkan mereka pada tujuan atau malah membelokkan dari tujuan. Dan dengan memiliki tujuan, manusia harus mampu menentukan titik awal yang menjadi permulaannya dan mematuhi aturan agar dapat sampai pada apa yang dituju (meilinara : 2020)”.
Dan  sesudahnya kegiatan inti, ada sesi Follow up dalam bentuk membuat postingan disosmed dengan caption “apa yang bisa diambil oleh teman-teman sebagai pembelajaran dari lingkaran ini”. Sederhana, hanya sebuah postingan, namun dengan ini, semoga apa yang menjadi harapan kami bersama dapat tercapai. Aamiin.


                                                                                                                                                                                                                                      Cijantung, 14 Maret 2020


Jumat, 13 Maret 2020

Awalan "Jagad Diri"


Saha abi tėh ? Ceuk sunda na kitu.


 “Siapa sih aku ?” Seringkali aku bingung ketika diri yang disebut “akuini  bertanya pada diri sendiri. Ditambah dengan pertanyaan lainnya, misal kenapa aku seperti ini, kenapa harus begini , kenapa aku tidak bisa dan kenapa yang lain bisa.
Dan yang lebih parah , aku sering terjebak dengan pikiran ini tanpa ada tindak lanjut dari apa yang aku pikirkan. Bayangkan, betapa kesalnya diri ini ketika banyak keinginan namun belum siap secara mental dan fisik. Apalagi ketika menjadikan pepatah sebagai alat untuk membela diri, “tidak apa-apa, semua orang berangkat dari ketidaktahuan”, seolah menjadi api yang siap menapakkan kaki pada tancap gas. Namun aku bersyukur, daripada tidak memiliki keinginan samasekali dengan rasa kesal yang dialami, setidaknya aku memiliki harapan untuk memulai.  dan seringkali memanjatkan doa, Ya Allah Ridhai. Dan setelah itu, kumantapkan dengan niat untuk memulai dengan berjalan. 

Alhamdulillah, dalam prosesnya Allah memberikan jalan untuk aku memulai. Walau sebelum itu, diperlukan tenaga yang lumayan extra. (Hahha mulai sedikit lebay ) :)

One more, jangan lupa bersyukur.