BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada era globalisasi ini, pendidikan di
sekolah merupakan bagian dari tuntutan masyarakat yang di harapkan mampu menghasilkan
generasi individu yang unggul, yang mampu secara mandiri dapat memenuhi
kebutuhan dan menyelesaikan tugas hidupnya.
Salah satu bagian terpenting dari
suksesnya pendidikan adalah guru. Seorang guru dituntut untuk memiliki
pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai guru.
Dalam prosesnya, seorang guru harus memiliki kemampuan menciptakan proses
belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan, agar tidak hanya
mentransformasikan ilmu melainkan suatu upaya yang dapat membantu mencapai
tujuan pendidikan,
Dalam makalah ini, penulis akan membahas
tentang “Ilmu dan Seni Mengajar Anak” yang
diharapkan dapat membantu para pembaca, khususnya bagi para mahasiswa yang
mengambil jurusan keguruan agar memiliki pengetahuan bagaimana cara untuk
menjadikan proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud ilmu dan seni mengajar anak ?
2. Apa
hal-hal mengenai ilmu dan seni mengajar anak ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
apa yang di maksud ilmu dan seni mengajar anak
2. Mengetahui
hal-hal yang ada dalam ilmu dan seni mengajar anak
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ilmu dan Seni mengajar anak
Ilmu
secara etimologis berasal dari kata ‘alama (Bahasa arab) yang berarti tahu. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara sistematis, menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala dibidang ilmu pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan yang
sudah di kelompokkan, disistematisasi, dan diinterpretasikan, yang merupakan seluruh
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia
dari berbagai segi kenyataan dalam kehidupan manusia.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia,
oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu.
Menurut Ki Hajar Dewantara, seni merupakan
hasil keindahan sehingga dapat menggerakan perasaan indah orang yang
melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat
menimbulkan perasaan indah itu seni.
Kegiatan
mengajar diartikan sebagai segenap aktivitas kompleks, yang dilakukan guru
dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar (Nasution
:1982:8).
Usman
(1994:3) mengemukakan mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam
kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan
suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan
bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar.
Mengajar
sebagai ilmu pengetahuan merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung
jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat
bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melakukan tugasnya. Zamroni
(2000:74) mengatakan “Guru adalah kreator proses belajar mengajar”. Guru adalah
orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang
menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas
norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa orientasi pengajaran dalam konteks belajar mengajar diarahkan untuk
pengembangan aktivitas siswa dalam belajar. Gambaran aktivitas tersebut
tercermin dari adanya usaha yang dilakukan guru dalam kegiatan proses belajar
mengajar yang memungkinkan siswa aktif belajar, oleh karena itu mengajar tidak
hanya sekedar menyampaikan informasi yang sudah jadi dengan menuntut jawaban
verbal melainkan suatu upaya integrative kearah pencapaian tujuan pendidikan.
Dalam konteks ini guru tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga
bertindak sebagai director and facilitator of learning.
Jika
dihubungkan dalam pembelajaran, seni merupakan strategi pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa, yang dimiliki oleh seorang guru sehingga mampu
menciptakan proses belajar mengajar yang efektif, menyenangkan, dan mampu
menghasilkan manusia (peserta didik) yang unggul yang secara mandiri dapat
memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan tugas hidupnya. Apresiasi masyarakat
terhadap hasil pembelajaran, yang mampu membawa nama baik sekolah dengan
menghasilkan peserta didik yang unggul merupakan gambaran aktivitas usaha
seorang guru, dan disitulah peran seni dalam pembelajaran.
B.
Hal-hal
mengenai ilmu dan Seni mengajar anak
Dalam
proses pembelajaran, seorang guru tidak hanya sekedar mentransformasikan ilmu,
akan tetapi seorang guru harus memiliki strategi pembelajaran, dan memiliki
kemampuan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
Berikut
ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengajar anak :
1.
Harus memiliki
pengetahuan dan keahlian professional dalam proses pembelajaran.
Sebagai seorang guru, kita harus memiliki
pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensi sebagai guru.
Seperti yang diungkapkan oleh Brand dalam Education Leadership menyatakan bahwa
hampir semua usaha reformasi pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan
metode pembelajaran, semua bergantung kepada guru. Oleh karena itu, seorang
guru harus memiliki pengetahuan dan penguasaan materi yang akan disampaikan
serta senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kemampuan untuk mengaitkan
beberapa gagasan, cara berpikir, dan berargumentasi. Tidak lepas dari peran
kita sebagai seorang guru, harus memiliki strategi pembelajaran yang dapat
mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh. Kompetensi professional
merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki. Dengan kata lain guru
professional harus memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan. Seiring dengan perkembangan jaman, juga berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, seorang guru harus memiliki keahlian dan mengetahui
akan tujuan perencanaan pengajaran. Berikut beberapa keahlian yang harus
dimiliki seorang guru, diantaranya :
a.
Memiliki keahlian
komunikasi
Guru dan siswa akan berkomunikasi, dalam
arti komunikasi dua arah. Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah,
antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Berkomunikasi
berarti berhubungan timbal balik. Antara siswa dan guru harus ada hubungan
timbal balik agar proses pembelajaran berhasil. Pola kerja sama yang harus
diketahui oleh guru adalah proses yang bersifat dua arah pada hakikatnya adalah
dua proses yang berbeda. Pertama, guru mengajar atau memberikan presentasi.
Kedua, siswa belajar atau siswa beraktivitas.
Proses transfer pengetahuan dalam
pembelajaran akan berhasil apabila waktu terlama difokuskan pada kondisi siswa
beraktivitas, bukan pada kondisi guru mengajar. Keberhasilan pembelajaran juga
lebih cepat terwujud apabila proses transfer dilakukan dengan suasana
menyenangkan. Kesimpulannya, paradigma belajar mengajar yang harus diyakini
oleh setiap guru adalah ketika guru mengajar, belum tentu siswa ikut belajar. Pada
saat informasi ditangkap oleh indra, maka bagaimana informasi tersebut
disampaikan (modalitas) berpengaruh pada kecepatan otak menangkap informasi dan
kekuatan otak menyimpan informasi dalam memori. Terdapat tiga macam modalitas :
yaitu visual, auditorial, kinestetik.
Menurut penelitian Dr. Venon Magnesen dari
Texas University, otak manusia lebih cepat menangkap informasi yang berasal
dari modalitas visual yang bergerak. Berikut adalah detail laporan
penelitiannya.
b.
Manfaatkan Teknologi
Memiliki keahlian teknologi, dapat
memudahkan pekerjaan tugas guru dalam pengadministrasian pendidikan tentang
perencanaan, proses, dan penilaian belajar. Andreas Schleicher, direktur
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mengatakan “Teknologi
adalah salah satunya cara untuk secara dramatis memperluas akses kepada
pengetahuan, untuk menyampaikan janji-janji yang dibawa teknologi,
negara-negara perlu berinvestasi secara lebih efektif dan memastikan bahwa guru
berada di garis depan dalam merancang dan menerapkan perubahan ini. Sehingga
dapat dikatakan, bahwa kunci untuk mendapatkan potensi keuntungan dari
pembelajaran yang mengaitkan teknologi, sepenuhnya berada ditangan kita sebagai
guru. Untuk itu seorang guru harus bisa memanfaatkan teknologi, sehingga
teknologi memiliki peran terhadap pembelajaran. Praktik sederhana yang dapat
kita terapkan terhadap pembelajaran yang mengaitkan teknologi adalah proses
pembelajaran yang menggunakan proyektor. Seorang guru dapat menyajikan bantuan
visual saat sedang mengajar. Praktik sederhana ini merupakan cara luar biasa
yang dapat membantu meningkatkan siswa untuk belajar berkomunikasi saat sedang
pembelajaran berlangsung. Seorang guru sejarah sekolah menengah di Sekolah
komprehensif Maunula di Helsinki mengatakan, “(Teknologi Pendidikan) bisa
membantu anda… namun ini bukan perkara alatnya. Atau ini tidak boleh hanya soal
alatnya.”
2.
Rasa di miliki
Salah
satu bahan utama kebahagiaan menurut literatur akademik adalah rasa dimilki
(sense of belonging) (pinsker,2016). Jika kita sadari bahwa rasa dimiliki
memberikan pengaruh positif terhadap kebahagiaan kita dan pengajaran kita. Oleh
karena itu, kita sebagai seorang guru harus terhubung dengan murid kita, karena
hal ini merupakan hal yang perlu bagi banyak guru agar terciptanya suatu proses
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Banyak cara sederhana yang bisa
kita lakukan untuk menumbuhkan rasa dimiliki terhadap anak. Diantaranya :
a.
Mengenal setiap anak
Didalam buku panduan mengajar Amerika
Klasik terdapat kutipan “Keberhasilan anda sepanjang tahun ajaran, ditentukan
oleh apa yang anda lakukan dihari pertama sekolah” (Harry Wong dan Rosemary
Wong, hlm.2). “Anda harus selesai mempersiapkan dan mengatur semuanya sebelum
sekolah dimulai” (hlm.6). Hal ini dimaksudkan agar mengajari siswa sesuai
dengan prosedur yang telah siap dan teratur.
Dalam
memulai pembelajaran pun, sebagai guru, kita tentu paham kalau perlu waktu
untuk mengenal murid kita dengan baik, agar memiliki rasa terhubung dengan
murid kita. Kita bisa memulainya dengan menyapa nama mereka satu persatu saat
memasuki kelas, ataupun saat bertemu mereka. Hal ini memberikan dampak positif,
karena dengan kita mengetahui nama mereka memberi pesan bahwa kita melihat
mereka secara individual, bukan sekedar sekumpulan anak. Juga memberikan kesan
kepada mereka bahwa dengan mengenali nama mereka merupakan suatu bentuk
perhatian yang sangat berpengaruh positif terhadap psikologis mereka.
Praktik
lain yang bisa kita gunakan dalam memupuk hubungan personal dengan setiap
murid, kita bisa melakukan waktu morning circle (anak-anak membentuk lingkaran
lalu berbagi cerita), saat anggota kelas menyapa satu sama lain dengan cara
yang berbeda (D. Walker, Timothy, 60), seperti menyalami teman di kanan-kirinya
atau melakukan tepuk semangat sambil tertawa riang. Praktik ini saya rasakan
lebih efektif untuk menanamkan perasaan yang menyenangkan dalam suatu komunitas
kelas.
Ketika
waktu istirahat, kita bisa bermain bersama mereka, juga bisa melakukan
pengawasan terhadap mereka sambil makan siang bersama dengan mereka, bercakap
dengan riang, dan saling berbagi cerita untuk membantu menjalin hubungan secara
personal dengan mereka. Satu hal yang
luar biasa dari praktik ini adalah bahwa ini tidak hanya akan memfasilitasi
hubungan yang lebih baik tetapi juga memberi kita waktu untuk memodelkan
percakapan yang penuh rasa hormat dan kebiasaan makan yang baik, dan hal-hal
lain yang akan bermanfaat bagi mereka.
Selain
menyapa dan makan siang bersama mereka, ada juga praktik lain yang dapat kita
lakukan diluar rumah yang sangat berdampak positif pada hubungan kita dengan
murid kita, yaitu: kunjungan rumah. Kunjungan rumah yang sudah umum dilakukan
oleh para guru, yaitu ketika ada salah satu murid yang sedang sakit, padahal
kunjungan rumah dapat kita gunakan sebagai salah satu media komunikasi untuk
lebih mengenal terhadap siswa-siswi. Kunjungan rumah memiliki manfaat yang
sangat besar, yaitu bahwa kegiatan ini memberikan sinyal kepada para siswa dan
orangtua atau wali siswa bahwa kita peduli, ingin mengenal setiap anak.
Praktik
sederhana ini adalah beberapa cara untuk memperdalam hubungan guru dengan
murid. Guru yang berkomitmen untuk mengenal siswa-siswinya suka tidak suka akan
mengembangkan berbagai macam metode untuk mengenal murid dengan lebih baik,
yang pada akhirnya akan berkontribusi dalam membentuk rasa dimiliki dari setiap
siswa, dan konsekuensinya, seluruh tingkat kebahagiaan dikelas.
b.
Merayakan pembelajaran
mereka
Praktik sederhana ini tidak hanya
mendorong pencapaian dan kemandirian didalam kelas, tetapi juga membentuk rasa dimiliki guru dengan murid
mengejar suatu tujuan yang menantang bersama, kemudian merayakan hasil kerja
bersama. Langkah pertama yang dibutuhkan adalah bahwa kita harus berhenti
memandang sebuah perayaan hasil belajar sebagai suatu tambahan yang tidak perlu
dan mulai melihatnya sebagai sesuatu yang berarti bagi siswa, memotivasi mereka
untuk belajar lebih efektif, dan mendorong terciptanya suatu komunitas belajar.
Dalam istilah yang paling sederhana,
perayaan belajar merupakan jeda untuk berterima kasih, secara komunal, atas
kerja yang bagus dari anak-anak.
c. Menghapus
perisakan (bullying)
Sebagai pemimpin kelas, ada banyak hal
yang dapat kita lakukan untuk memutus perisakan, atau dengan kata lain,
menghentikannya sebelum mulai. Praktik sederhana seperti mengenali setiap anak,
bermain dengan anak, merayakan hasil belajar, mendukung tujuan ini. Praktik
sederhana ini bisa menjadi langkah preventif untuk memperkuat rasa dimiliki di
dalam kelas. Namun kadang, meskipun kita telah melakukan segala yang terbaik
untuk mendukung interaksi positif dikelas, perilaku yang tampak dan terdengar
seperti perisakan bisa saja tetap terjadi. Dan ketika itu terjadi, kita memerlukan
sebuah pendekatan yang segera. Ada (relatif) banyak tindakan kecil, seperti
pembicaraan penyelesaian konflik atau situasi permainan peran di dalam kelas,
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perisakan. Praktik sederhana
lain yang dapat kita terapkan terhadap anak adalah membiasakan mengucapkan maaf
dan terima kasih, praktik ini dapat kita lakukan untuk melindungi kebahagiaan
dikelas dengan membantu para siswa mengambil peran melawan perisakan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mengajar
di satu sisi adalah ilmu pengetahuan dalam hal mendidik (pedagogi) dan di satu
sisi adalah seni. Mengajar membutuhkan pengetahuan agar strategi yang digunakan
tepat dengan perkembangan belajar anak sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Namun demikian, tidak semua kejadian di dalam kelas merupakan persoalan
pembelajaran semata. Terdapat banyak persoalan kelas yang tidak terduga, yang
sering tidak berkaitan langsung dengan proses belajar seperti komunikasi,
relasi, pengaturan waktu, hubungan antar guru, permasalahan kehidupan keluarga
murid, masalah pribadi guru itu sendiri, dan lain sebagainya yang memiliki
dampak pada proses pembelajaran. Untuk itu, dibutuhkan “seni” agar penanganan
yang diberikan dapat memotivasi kelas mencapai tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Sadulloh,
Uyoh. 2017. Pedagogik . Bandung.
Alfabeta, Bandung
D.Walker,
Timothy. 2017. Teach Like Finland. Jakarta.
PT. Gramedia Widiasarana
Chatib,
Munif. 2016. Sekolahnya Manusia. Bandung.
Kaifa
http://www.
pengertian
ahli.com/2014/08/pengertian-ilmu-apa-itu-ilmu.html
http://id.m.Wikipedia.org/wiki/seni
Semoga bermanfaat😊
BalasHapusTerimakasih,✊👍
Hapus