Selasa, 23 April 2019

ilmu dan seni mengajar anak


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, pendidikan di sekolah merupakan bagian dari tuntutan masyarakat yang di harapkan mampu menghasilkan generasi individu yang unggul, yang mampu secara mandiri dapat memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan tugas hidupnya.
Salah satu bagian terpenting dari suksesnya pendidikan adalah guru. Seorang guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai guru. Dalam prosesnya, seorang guru harus memiliki kemampuan menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan, agar tidak hanya mentransformasikan ilmu melainkan suatu upaya yang dapat membantu mencapai tujuan pendidikan,
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang “Ilmu dan Seni Mengajar Anak” yang diharapkan dapat membantu para pembaca, khususnya bagi para mahasiswa yang mengambil jurusan keguruan agar memiliki pengetahuan bagaimana cara untuk menjadikan proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud ilmu dan seni mengajar anak ?
2.      Apa hal-hal mengenai ilmu dan seni mengajar anak ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui apa yang di maksud ilmu dan seni mengajar anak
2.      Mengetahui hal-hal yang ada dalam ilmu dan seni mengajar anak





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ilmu dan Seni mengajar anak
         Ilmu secara etimologis berasal dari kata ‘alama (Bahasa arab) yang berarti tahu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis, menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala dibidang ilmu pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah di kelompokkan, disistematisasi, dan diinterpretasikan, yang merupakan seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam kehidupan manusia.
          Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu.
          Menurut Ki Hajar Dewantara, seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat menggerakan perasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.
         Kegiatan mengajar diartikan sebagai segenap aktivitas kompleks, yang dilakukan guru dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar (Nasution :1982:8).
         Usman (1994:3) mengemukakan mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar.
         Mengajar sebagai ilmu pengetahuan merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melakukan tugasnya. Zamroni (2000:74) mengatakan “Guru adalah kreator proses belajar mengajar”. Guru adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa orientasi pengajaran dalam konteks belajar mengajar diarahkan untuk pengembangan aktivitas siswa dalam belajar. Gambaran aktivitas tersebut tercermin dari adanya usaha yang dilakukan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa aktif belajar, oleh karena itu mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan informasi yang sudah jadi dengan menuntut jawaban verbal melainkan suatu upaya integrative kearah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam konteks ini guru tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga bertindak sebagai director and facilitator of learning.
         Jika dihubungkan dalam pembelajaran, seni merupakan strategi pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, yang dimiliki oleh seorang guru sehingga mampu menciptakan proses belajar mengajar yang efektif, menyenangkan, dan mampu menghasilkan manusia (peserta didik) yang unggul yang secara mandiri dapat memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan tugas hidupnya. Apresiasi masyarakat terhadap hasil pembelajaran, yang mampu membawa nama baik sekolah dengan menghasilkan peserta didik yang unggul merupakan gambaran aktivitas usaha seorang guru, dan disitulah peran seni dalam pembelajaran.
B.     Hal-hal mengenai ilmu dan Seni mengajar anak
         Dalam proses pembelajaran, seorang guru tidak hanya sekedar mentransformasikan ilmu, akan tetapi seorang guru harus memiliki strategi pembelajaran, dan memiliki kemampuan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
         Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengajar anak :
1.             Harus memiliki pengetahuan dan keahlian professional dalam proses pembelajaran.
                   Sebagai seorang guru, kita harus memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensi sebagai guru. Seperti yang diungkapkan oleh Brand dalam Education Leadership menyatakan bahwa hampir semua usaha reformasi pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan metode pembelajaran, semua bergantung kepada guru. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki pengetahuan dan penguasaan materi yang akan disampaikan serta senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kemampuan untuk mengaitkan beberapa gagasan, cara berpikir, dan berargumentasi. Tidak lepas dari peran kita sebagai seorang guru, harus memiliki strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh. Kompetensi professional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki. Dengan kata lain guru professional harus memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan. Seiring dengan perkembangan jaman, juga berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, seorang guru harus memiliki keahlian dan mengetahui akan tujuan perencanaan pengajaran. Berikut beberapa keahlian yang harus dimiliki seorang guru, diantaranya :
a.       Memiliki keahlian komunikasi
      Guru dan siswa akan berkomunikasi, dalam arti komunikasi dua arah. Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Berkomunikasi berarti berhubungan timbal balik. Antara siswa dan guru harus ada hubungan timbal balik agar proses pembelajaran berhasil. Pola kerja sama yang harus diketahui oleh guru adalah proses yang bersifat dua arah pada hakikatnya adalah dua proses yang berbeda. Pertama, guru mengajar atau memberikan presentasi. Kedua, siswa belajar atau siswa beraktivitas.
      Proses transfer pengetahuan dalam pembelajaran akan berhasil apabila waktu terlama difokuskan pada kondisi siswa beraktivitas, bukan pada kondisi guru mengajar. Keberhasilan pembelajaran juga lebih cepat terwujud apabila proses transfer dilakukan dengan suasana menyenangkan. Kesimpulannya, paradigma belajar mengajar yang harus diyakini oleh setiap guru adalah ketika guru mengajar, belum tentu siswa ikut belajar. Pada saat informasi ditangkap oleh indra, maka bagaimana informasi tersebut disampaikan (modalitas) berpengaruh pada kecepatan otak menangkap informasi dan kekuatan otak menyimpan informasi dalam memori. Terdapat tiga macam modalitas : yaitu visual, auditorial, kinestetik.
      Menurut penelitian Dr. Venon Magnesen dari Texas University, otak manusia lebih cepat menangkap informasi yang berasal dari modalitas visual yang bergerak. Berikut adalah detail laporan penelitiannya.






b.      Manfaatkan Teknologi
      Memiliki keahlian teknologi, dapat memudahkan pekerjaan tugas guru dalam pengadministrasian pendidikan tentang perencanaan, proses, dan penilaian belajar. Andreas Schleicher, direktur Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mengatakan “Teknologi adalah salah satunya cara untuk secara dramatis memperluas akses kepada pengetahuan, untuk menyampaikan janji-janji yang dibawa teknologi, negara-negara perlu berinvestasi secara lebih efektif dan memastikan bahwa guru berada di garis depan dalam merancang dan menerapkan perubahan ini. Sehingga dapat dikatakan, bahwa kunci untuk mendapatkan potensi keuntungan dari pembelajaran yang mengaitkan teknologi, sepenuhnya berada ditangan kita sebagai guru. Untuk itu seorang guru harus bisa memanfaatkan teknologi, sehingga teknologi memiliki peran terhadap pembelajaran. Praktik sederhana yang dapat kita terapkan terhadap pembelajaran yang mengaitkan teknologi adalah proses pembelajaran yang menggunakan proyektor. Seorang guru dapat menyajikan bantuan visual saat sedang mengajar. Praktik sederhana ini merupakan cara luar biasa yang dapat membantu meningkatkan siswa untuk belajar berkomunikasi saat sedang pembelajaran berlangsung. Seorang guru sejarah sekolah menengah di Sekolah komprehensif Maunula di Helsinki mengatakan, “(Teknologi Pendidikan) bisa membantu anda… namun ini bukan perkara alatnya. Atau ini tidak boleh hanya soal alatnya.”


2.             Rasa di miliki
         Salah satu bahan utama kebahagiaan menurut literatur akademik adalah rasa dimilki (sense of belonging) (pinsker,2016). Jika kita sadari bahwa rasa dimiliki memberikan pengaruh positif terhadap kebahagiaan kita dan pengajaran kita. Oleh karena itu, kita sebagai seorang guru harus terhubung dengan murid kita, karena hal ini merupakan hal yang perlu bagi banyak guru agar terciptanya suatu proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Banyak cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan rasa dimiliki terhadap anak. Diantaranya :
a.       Mengenal setiap anak
      Didalam buku panduan mengajar Amerika Klasik terdapat kutipan “Keberhasilan anda sepanjang tahun ajaran, ditentukan oleh apa yang anda lakukan dihari pertama sekolah” (Harry Wong dan Rosemary Wong, hlm.2). “Anda harus selesai mempersiapkan dan mengatur semuanya sebelum sekolah dimulai” (hlm.6). Hal ini dimaksudkan agar mengajari siswa sesuai dengan prosedur yang telah siap dan teratur.
      Dalam memulai pembelajaran pun, sebagai guru, kita tentu paham kalau perlu waktu untuk mengenal murid kita dengan baik, agar memiliki rasa terhubung dengan murid kita. Kita bisa memulainya dengan menyapa nama mereka satu persatu saat memasuki kelas, ataupun saat bertemu mereka. Hal ini memberikan dampak positif, karena dengan kita mengetahui nama mereka memberi pesan bahwa kita melihat mereka secara individual, bukan sekedar sekumpulan anak. Juga memberikan kesan kepada mereka bahwa dengan mengenali nama mereka merupakan suatu bentuk perhatian yang sangat berpengaruh positif terhadap psikologis mereka.
      Praktik lain yang bisa kita gunakan dalam memupuk hubungan personal dengan setiap murid, kita bisa melakukan waktu morning circle (anak-anak membentuk lingkaran lalu berbagi cerita), saat anggota kelas menyapa satu sama lain dengan cara yang berbeda (D. Walker, Timothy, 60), seperti menyalami teman di kanan-kirinya atau melakukan tepuk semangat sambil tertawa riang. Praktik ini saya rasakan lebih efektif untuk menanamkan perasaan yang menyenangkan dalam suatu komunitas kelas.
      Ketika waktu istirahat, kita bisa bermain bersama mereka, juga bisa melakukan pengawasan terhadap mereka sambil makan siang bersama dengan mereka, bercakap dengan riang, dan saling berbagi cerita untuk membantu menjalin hubungan secara personal dengan mereka.  Satu hal yang luar biasa dari praktik ini adalah bahwa ini tidak hanya akan memfasilitasi hubungan yang lebih baik tetapi juga memberi kita waktu untuk memodelkan percakapan yang penuh rasa hormat dan kebiasaan makan yang baik, dan hal-hal lain yang akan bermanfaat bagi mereka.
      Selain menyapa dan makan siang bersama mereka, ada juga praktik lain yang dapat kita lakukan diluar rumah yang sangat berdampak positif pada hubungan kita dengan murid kita, yaitu: kunjungan rumah. Kunjungan rumah yang sudah umum dilakukan oleh para guru, yaitu ketika ada salah satu murid yang sedang sakit, padahal kunjungan rumah dapat kita gunakan sebagai salah satu media komunikasi untuk lebih mengenal terhadap siswa-siswi. Kunjungan rumah memiliki manfaat yang sangat besar, yaitu bahwa kegiatan ini memberikan sinyal kepada para siswa dan orangtua atau wali siswa bahwa kita peduli, ingin mengenal setiap anak.
      Praktik sederhana ini adalah beberapa cara untuk memperdalam hubungan guru dengan murid. Guru yang berkomitmen untuk mengenal siswa-siswinya suka tidak suka akan mengembangkan berbagai macam metode untuk mengenal murid dengan lebih baik, yang pada akhirnya akan berkontribusi dalam membentuk rasa dimiliki dari setiap siswa, dan konsekuensinya, seluruh tingkat kebahagiaan dikelas.
b.      Merayakan pembelajaran mereka
      Praktik sederhana ini tidak hanya mendorong pencapaian dan kemandirian didalam kelas, tetapi juga  membentuk rasa dimiliki guru dengan murid mengejar suatu tujuan yang menantang bersama, kemudian merayakan hasil kerja bersama. Langkah pertama yang dibutuhkan adalah bahwa kita harus berhenti memandang sebuah perayaan hasil belajar sebagai suatu tambahan yang tidak perlu dan mulai melihatnya sebagai sesuatu yang berarti bagi siswa, memotivasi mereka untuk belajar lebih efektif, dan mendorong terciptanya suatu komunitas belajar.
      Dalam istilah yang paling sederhana, perayaan belajar merupakan jeda untuk berterima kasih, secara komunal, atas kerja yang bagus dari anak-anak.

c.       Menghapus perisakan (bullying)
      Sebagai pemimpin kelas, ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk memutus perisakan, atau dengan kata lain, menghentikannya sebelum mulai. Praktik sederhana seperti mengenali setiap anak, bermain dengan anak, merayakan hasil belajar, mendukung tujuan ini. Praktik sederhana ini bisa menjadi langkah preventif untuk memperkuat rasa dimiliki di dalam kelas. Namun kadang, meskipun kita telah melakukan segala yang terbaik untuk mendukung interaksi positif dikelas, perilaku yang tampak dan terdengar seperti perisakan bisa saja tetap terjadi. Dan ketika itu terjadi, kita memerlukan sebuah pendekatan yang segera. Ada (relatif) banyak tindakan kecil, seperti pembicaraan penyelesaian konflik atau situasi permainan peran di dalam kelas, yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perisakan. Praktik sederhana lain yang dapat kita terapkan terhadap anak adalah membiasakan mengucapkan maaf dan terima kasih, praktik ini dapat kita lakukan untuk melindungi kebahagiaan dikelas dengan membantu para siswa mengambil peran melawan perisakan.















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
         Mengajar di satu sisi adalah ilmu pengetahuan dalam hal mendidik (pedagogi) dan di satu sisi adalah seni. Mengajar membutuhkan pengetahuan agar strategi yang digunakan tepat dengan perkembangan belajar anak sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Namun demikian, tidak semua kejadian di dalam kelas merupakan persoalan pembelajaran semata. Terdapat banyak persoalan kelas yang tidak terduga, yang sering tidak berkaitan langsung dengan proses belajar seperti komunikasi, relasi, pengaturan waktu, hubungan antar guru, permasalahan kehidupan keluarga murid, masalah pribadi guru itu sendiri, dan lain sebagainya yang memiliki dampak pada proses pembelajaran. Untuk itu, dibutuhkan “seni” agar penanganan yang diberikan dapat memotivasi kelas mencapai tujuan pembelajaran.










                               



                                                                                DAFTAR PUSTAKA

Sadulloh, Uyoh. 2017. Pedagogik . Bandung. Alfabeta, Bandung
D.Walker, Timothy. 2017. Teach Like Finland. Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana
Chatib, Munif. 2016. Sekolahnya Manusia. Bandung. Kaifa
http://www. pengertian ahli.com/2014/08/pengertian-ilmu-apa-itu-ilmu.html
http://id.m.Wikipedia.org/wiki/seni

2 komentar: